1. FILOSOFI
Filosofi pemerintahan dan kemasyarakatan wajo yang tercermin pada kedalaman kearifan budaya dan moral masyarakat wajo yang sejak 600 tahun yang lalu yaitu seajack wajo lahir pada tanggal 29 maret 1399, kemudian mengkristal pada tiga kata yang selanjutnya disebut dengan filosofi 3 S ,yaitu sipakatau ,sipakalebbi,sepakainge. Filosofi ini menjadi satu tatanan yang terpisahkan satu samalain.
SIPAKATAU (saling memanusiakan)
Filosofi pemerintahan dan kemasyarakatan wajo yang tercermin pada kedalaman kearifan budaya dan moral masyarakat wajo yang sejak 600 tahun yang lalu yaitu seajack wajo lahir pada tanggal 29 maret 1399, kemudian mengkristal pada tiga kata yang selanjutnya disebut dengan filosofi 3 S ,yaitu sipakatau ,sipakalebbi,sepakainge. Filosofi ini menjadi satu tatanan yang terpisahkan satu samalain.
SIPAKATAU (saling memanusiakan)
a. Menghormati harkat dan martabat
kemanusian seseorang sebagai makhluk ciptaan tuhan YME.
b. Semua makhluk disisi
tuhan YME adalah sama, yang membedakan adalah keimanan dan ketakwaan.
SIPAKELEBBI (saling memuliakan
/menghargai)
a. Menghargai posisi dan fungsi
masing-masing di dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan.
b. Yang muda menghormati yang
tua, dan yang tua menyayangi yang mudah,yang sederajat saling menghormati dan
menyayangi.
c. Berprilaku dan berbicara sesuai
norma (baik) yang di junjung tinggi oleh masyarakat dan pemerintah.
SIPAKAINGE (saling mengingatkan /
demokrasi)
a. Menghargai nasehat, saran, kritikan,
posisi, dari siapapun
b. Pengakuan bahwa manusia adalah
tempatnya kekurangan dan kekhilafan.
c. Aparatur pemerintah dan masyarakat
tidak lupuk dari kekurangan, kekhilafan dan diperlukan ke arifan untuk saling
mengingatkan dan menyadarkan melalui maknisme yang tidak lepas dari
kearifan Sipakatau dan Sipakalebbi.
2. ETIKA
Pada transisi pelaksanaan otonomi daerah yang penuh tantangan dan eufhoria kebebasan, perlu dibangun suatu persepsi, pandangan yang sama antara pemerintah dan masyarakat wajo dalam wujud adanya etika pemerintah dan masyarakat. etika pemerintahan dan kemasyarakatan tersebut tercermin pada 6 prinsip kerja yaitu :
Pada transisi pelaksanaan otonomi daerah yang penuh tantangan dan eufhoria kebebasan, perlu dibangun suatu persepsi, pandangan yang sama antara pemerintah dan masyarakat wajo dalam wujud adanya etika pemerintah dan masyarakat. etika pemerintahan dan kemasyarakatan tersebut tercermin pada 6 prinsip kerja yaitu :
1. Taat Azaz
Semua langkah dan kebijakan
pemerintah dan masyarakat hendaknya lebih awal mengacu pada landasan hukum (
peraturan perundang undangan dan keputusan masyarakat ).
2. Keterbukaan
Setiap langkah dan kebijakan disampaikan secara terbuka (manajemen terbuka) kepada masyarakat untuk mencegah agar tidak terjadi kecurigaan dan fitnah selaras dengan abad 21 ditandai dengan era globalisasi keterbukaan yang penuh dengan persaingan.
Setiap langkah dan kebijakan disampaikan secara terbuka (manajemen terbuka) kepada masyarakat untuk mencegah agar tidak terjadi kecurigaan dan fitnah selaras dengan abad 21 ditandai dengan era globalisasi keterbukaan yang penuh dengan persaingan.
3. Kemitraan
Hasil maksimal hanya dapat dicapai melalui kemitraan dan kebersamaan.
Membina kebersamaan dan kemitraan antar aparatur kelembagaan secara vertical dan horizontal. Membina kemitraan / keterbukaan antar dan inter lembaga pemerintah dan kemasyarakatan.
Hasil maksimal hanya dapat dicapai melalui kemitraan dan kebersamaan.
Membina kebersamaan dan kemitraan antar aparatur kelembagaan secara vertical dan horizontal. Membina kemitraan / keterbukaan antar dan inter lembaga pemerintah dan kemasyarakatan.
4. Pelayanan
Tugas utama
aparatur pemerintah adalah memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, bukan
sebaliknya. Mempermudah birokrasi pelayanan, bukan malah mempersulit karna ada
sesuatu yang diharapkan .
5. Rasa Malu (Siri’)
Merasa malu kalau tidak melaksanakan
tugas dengan baik.
Malu pada diri sendiri , pada masyarakat dan pada Tuhan YME apabila tidak melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
Malu pada diri sendiri , pada masyarakat dan pada Tuhan YME apabila tidak melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
6. Iman dan Takwa
Berpegang teguh pada ajaran agama
karna ajaran agama menunjukkan jalan yang benar kepada kita semua.
3. ETOS KERJA
o Adalah suatu sikap kehendak
(dihendaki ) secara suka rela tanpa dipaksa untuk suatu kegiatan
(sasaran/program/tujuan),
o Menyangkut sifat, karakter, kualitas
hidup, moral dan suasana hati seseorang atau masyarakat,
o Motifasi kerja menyangkut aspek
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
o Semboyan yassiwajori disimbolkan
sebagai etos kerja pemerintah dan masyarakat wajo.
Kewajiban (Nasseriki’)
:
o Tidak ada
seorang manusiapun yang lupuk dari suatu kewajiban menurut status dan fungsinya.
o Kewajiban
tersebut akan dipertanggung jawabkan baik, di dunia maupun diakhirat sesuai
norma hokum (adat) yang berlaku.
Bekerja (Resopa)
:
o Tidak ada seorang manusia pun yang
lupuk dari bekerja untuk kepentingan diri sendiri, masyarakat dan Negara, tidak
bekerja berarti malas (makuttu).
Optimal (Temmangingi)
:
o Puncak dedikasi kerja yang
diharapkan adalah optimal artinya sungguh-sungguh tidak setengah tengah hati
dan penuh rasa tanggung jawab (resopa temmangingi naletei pammase dewatae).
Sumber:
"http://www.wajokab.go.id"
Sumber:
"http://www.wajokab.go.id"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar